Selasa, 16 Juli 2013

RIRIN



Bosan Jadi Pegawai, Pilih Jadi Bos Olahan Ikan
Oleh Amrozi Amenan | Jumat, 9 Maret 2012 | 11:07
 RIRIN, Pemilik Family Food


Berita Terkait
Syarif Ajak Asosiasi Tuna Konsentrasi di Pengolahan

Ady Surya, Bangun Pagi dan Berbagi


Bosan menjadi pegawai di satu perusahaan, Ririn bertekad ingin mandiri dengan membuka usaha kecil. Dia pun akhirnya mampu membuktikan kalau sekecil apapun usaha bila digeluti secara serius hasilnya berbuah manis. Usaha yang digeluti sejak 2007 berupa makanan olahan ikan dengan label Family Food, berkembang pesat.

Atas keberhasilannya merintis usaha skala kecil menengah (UKM) ini, Ririn menyabet gelar juara umum di ajang kompetisi UKM Award yang digelar oleh PT Semen Gresik Tbk, menyisihkan ratusan peserta yang terdiri atas para pebisnis UKM di Jatim.

Kini, Ririn baru sadar bahwa keputusan untuk mundur dari sebuah perusahaan lalu berbisnis sendiri adalah tepat. “Dengan modal Rp 2 juta, saya bertekad untuk mandiri,” cetus perempuan yang sedari awal mengaku gemar makan makanan olahan ikan ini kepada Investor Daily, belum lama ini.

Dia mulai memproduksi sejumlah makanan olahan ikan, seperti siomay udang, produk olahan cumi-cumi, dan nugget kepiting. Ririn memilih nama “Family Food” untuk merek produknya. “Ini makanan yang aman dan bergizi bagi keluarga. Semuanya tanpa bahan pengawet,” ujar Ririn.

Memulai bisnis tentu saja tak semudah membalik telapak tangan. Ririn harus bekerja keras membangun bisnisnya. Dia memulai bisnis hanya dengan dua karyawan, yaitu dirinya sendiri dan sang suami yang membantunya selepas bekerja.

Pernah suatu ketika produknya terjual sangat minim. Ririn nyaris putus asa. Namun, masa-masa sulit itulah yang justru menjadi pelecut bagi Ririn untuk terus merajut harapan. “Yang paling penting dalam bisnis adalah menjaga semangat. Situasi sulit itu pasti terjadi, tapi selama kita bisa merawat harapan, selama itu pula kita mempunyai jalan untuk bangkit,” ujar Ririn.

Pelan tapi pasti, bisnis Ririn mulai mekar. Dia pun bisa merekrut dua karyawan tambahan. Produknya mulai laris meski dikemas dengan cara sederhana. Produk olahan ikannya cuma dimasukkan ke plastik lalu diberi stiker merek dan keterangan lolos uji kesehatan. Dalam sebulan, Ririn mulai bisa membukukan omzet Rp 5 juta.

“Saat itu pemasaran kita hanya sebatas di Gresik dan sekitarnya. Saya terus berusaha memperluas pemasaran dengan menjalin jaringan baru,” ujar perempuan berusia 33 tahun tersebut.

Kini, kerja keras Ririn pun berbuah manis. Produk Family Food sudah dipasarkan di banyak kota besar seperti Surabaya dan Jakarta, bahkan sudah merambah luar Jawa. Jumlah karyawannya yang semula dua orang kini bertambah menjadi 28 orang. Omzet yang dibukukan mencapai lebih dari Rp 100 juta per bulan.

Berapa margin keuntungan yang didapat Ririn? Setengah membuka rahasia, Ririn menyebut kisaran angka 15% sampai 20%. Artinya, laba bersih Ririn mencapai Rp 15 juta sampai Rp 20 juta sebulan.

“Karena permintaan semakin besar, saya tidak hanya mendatangkan bahan baku dari Gresik, tapi juga dari Lamongan dan Probolinggo. Dalam sebulan, produksi saya mencapai 5-6 ton,” bebernya.

Harga termurah produk Family Food sebesar Rp 16.000 untuk ukuran 0,25 kilogram. Kini, Ririn masih belum puas. Dia ingin membawa Family Food melambung lebih tinggi lain. Pendekatan pemasaran modern pun dikembangkan agar penetrasi produk Family Food semakin kuat.

“Sekarang kami sudah selesai menciptakan desain baru untuk kemasan produk. Jadi produk kami tak lagi dikemas ke plastik biasa lalu diberi stiker. Sekarang kemasannya sudah cetakan modern,” ujar Ririn bangga.

Tak hanya itu, Ririn pun membentuk tim khusus yang menangani pemasaran. Dengan tim khusus itu diharapkan pemasaran Family Food bisa lebih gencar, termasuk ke gerai ritel modern seperti hypermarket maupun minimarket.

“Sebelum ini tidak ada tim pemasaran secara khusus. Biasanya saya tangani  sendiri. Sekarang sudah ada tim khusus yang terpisah dari produksi. Tim itu nanti yang kerjanya menciptakan jaringan baru. Harus ada tim khusus biar fokus,” ujar Ririn.

Di balik sukses mengembangkan usaha UKM tersebut, Ririn tetap berpegang pada filosofi yakni bahwa segala sesuatu menjadi besar berawal dari hal kecil. “Saya yakin usaha kecil pun kalau mau diseriusi akan menjadi besar,” pungkasnya.